Pidato Remaja Islam



Pidato Remaja
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM
Masa remaja , merupakan masa masa yang paling indah dalam kehidupan manusia. Dimana semua orang pasti merasakan apa yang disebut dengan Cinta.
“cinta” diartikan dengan kata “kecendrungan”, cinta adalah kecendrungan terhadap sesuatu melebihi dari yang  lainnya. Jika seorang laki-laki cinta kepada seorang perempuan, artinya ia mempunyai kecendrungan kepada perempuan tersebut melebihi perempuan lainnya.

Lalu Bagaimana Islam Memandang Masalah Kecendrungan Ini?
Kecendrungan terhadap lawan jenis merupakan fitrah setiap manusia, maka islam tidak pernah melarang rasa kecendrungan/rasa cinta kepada lawan jenis. Maka hukum asal dari cinta adalah boleh/mubah, namun bisa menjadi dilarang tergantung dengan penyikapan atau bagaimana mengelola rasa itu.

Al-Quran menerangkan bahwa rasa kecendrungan/cinta merupakan fitrah dasar manusia.
“dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, .... (QS. Ali Imran: 14).
Fitrah manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dilarang, dan dihalang-halangi datangnya, karena ia merupakan rasa yang timbul secara alami pada diri manusia. Fitrah manusia merupakan sesuatu yang diciptakan Allah dari awal penciptaan manusia,yang disebut dengan sunnatullah.

Yang menjadi masalah/dosa bukan rasa kecendrungan itu, tapi penyikapan rasa kecendrungan tersebut. Ia akan menjadi salah jika dikelola dengan salah, dan ia akan menjadi benar ketika dikelola dengan benar, bahkan ia mendatangkan pahala jika dikelola sesuai dengan syariat. Maka yang terpenting bukan masalah cintanya, tapi bagaimana mengelola rasa cinta tersebut saat ia muncul.

Jika tiba-tiba muncul rasa kagum pada lawan jenis, kemudian secara tidak sadar muncul perasaan suka, maka kelolalah ia dengan benar. Jika rasa itu muncul, kemudian rasa itu terus kita turuti, sehingga perasaan itu kita ungkapkan kepada orang kita cendrungi, selanjutnya terjalinlah Hubungan Tanpa Status (HTS)/Pacaran, maka ini adalah pengelolaan yang salah.

Secara umum, ada dua macam bagaimana mengelola kencendrungan dengan benar sehingga tidak terjatuh pada hal-hal yang dilarang syariat:
1.      Saat rasa suka itu muncul, dan pada saat itu kita sudah siap untuk menikah, maka silahkan ungkapkan rasa itu dengan wanita/pria yang kita sukai, silahkan lansung lamar dia dengan cara dan proses yang syar’i.
Ini adalah pengelolaan rasa cinta yang terbaik, dan paling dianjurkan. Bukan dosa yang didapat, tapi insya Allah mendatangkan kebaikan/pahala dari Allah Swt.

2.      Saat rasa itu muncul, namun kita pada kondisi belum siap untuk menikah, maka jangan sekali-kali memperturuti perasaan ini, apalagi sampai melanggar aturan syar’i. yakinlah bahwa jodoh sudah disiapkan Allah dan berdo’alah supaya diberikan yang lebih baik.

Dalam islam ada sebuah proses yang dikenal dengan ta'aruf. Disinilah peranan keluarga sangat dibutuhkan. Proses ini jauh lebih objektif dari berpacaran. Karena pacaran itu pada umumnya selalu memperlihatkan hal - hal yang indah saja dan  berusaha menutupi yang jelek - jelek. Seorang wanita pasti akan dandan habis - habisan, bermake-up, mengenakan baju yang paling bagus, pakai parfum dan lain sebagainya saat akan menemui sang pacar, dan si lelaki pasti akan memilih tempat kencan yang indah. Tapi apakah saat mereka menikah semua itu akan tetap terlaksana?  Apakah si istri akan selalu berada dalam keadaan bermake-up dan memakai parfum saat bersama suaminya? Tentu tidak akan selamanya seperti itu. Tapi, jika saling mengenal melalui proses ta'aruf yang benar menurut islam, itu akan lebih alami. Jadi jangan menjadikan istilah ta'aruf sebagai hukum untuk bebas berpacaran.
1 hal lagi, sebagai generasi muslim ,jangan sampai kita menerapkan system STMJ ( sholat terus , maksiat jalan ) .
Saat rasa itu datang, itu bukan suatu kesalahan.
Tapi membiarkan di hati berlarut-larut, apalagi sampai memperturutinya, maka ini kesalahan besar.

Saya sebenarnya merasa belum pantas untuk menulis masalah ini, karena masalah ini seharusnya ditulis oleh orang yang yang memang mampu menjaga dan menata hatinya dengan baik terkait masalah ini. Dan saya bukanlah orang yang mampu menjaga dan menata hati dengan baik, masih ada perasaan yang seharusnya tidak boleh ada yang masih menghinggapi hati ini. Tulisan ini hanya bentuk usaha untuk saling berbagi dan saling mengingatkan diantara sesama muslim, terlebih mengingatkan diri saya sendiri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENGAMATAN Keanekaragaman Hayati Tingkat GEN & JENIS

Laporan UJI makanan