Bunda Tercinta
UNTUK SEBUAH NAMA
Pernahkah kau membaca ?
Sejuta harap, benturan dan hempasan terpahat dikening seseorang, sarat
beban,
keriput tulang pipinya gambaran
perjuangan,
semangat tak pernah pudar,meski
langkahnya kadang gemetar, tetap setia iringi
langkahku,
terbesit tanya dihatiku,akankah selalu bersamanya
Dan selalu mengatakan “Tanpa keraguan ,sebut namaku bila kau membutuhkan sayang, aku akan
datang”
Lalu doa , dengan apa kubalas?
ingin kudekap dan menangis di pangkuan itu
Siapa yang tak cinta? kalau ada yang tak suka mungkin dia gila
Dalam kepekatan mimpi, matahari, bintang dan rembulan, dari sudut manakah
aku mulai melukisnya?
Selang waktu berganti, aku tak tahu, sesaat malam datang menjeput
kesendirianku,
Manakala mentari lelah berpijar,bulan berkerut tiada berseri, merayap dalam kegelapan,
sanggupkah kau terganti ,seberkas cahaya, sanggupkah kau berpijar
Betapa kuharapkan, betapa kau doakan ,
untuk seorang yang kupanggil IBU,
nyanyian cinta suatu ketika,ingin kuperdengarkan,
jangan coba bicara, mari renungkan, dalam sepiku kau diam,
Mata indah,bolehkah ku membelai ? lepaskan tawamu agar tak murung
dunia,
semua duka kita tinggal,dengar aku yang bernyanyi, pegang
erat tangan jangan kau lepaskan,
nampaknya mendung segera lewat, semua telah dirancang,
marilah tersenyum ,agar semua kembang mekar,
serangkaian kenangan, yang tergambar
di gelap malam,
menemaniku bernyanyi, bersama
sepi,luka dan cinta,
bila pagi datang ku tahu kau tak disampingku, aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran,
entah yang ku terima, ku tak peduli
Pernakah kau coba menerka,apa yang tersembunyi disudut hati ?
sejauh batas pengertian itupun,cinta mengalir sebening embun,
aku yang bilang Kau Kupuja, ingat aku, meskipun setapak berbatu, kenang aku
Barisan puisi ini, adalah yang aku
punya, yang mungkin dilupakan atau untuk dikenang
Dalam kelam, tulisan dari ku ini mencoba mengabadikan, untuk sebuah nama
Lutfi Aulia Syafaatin Nisak
(Dalam "Setulus Kasih Ibu" puisi terbitan pertama)
Komentar
Posting Komentar